Bisa dapat Rp5 juta per bulan.
Layanan berbasis teknologi yang bergerak dalam bidang transportasi dan kurir, Go-Jek Indonesia, saat ini telah menggandeng sedikitnya tiga ribu tukang ojek di seluruh Jabodetabek.
Citra, sekaligus penghasilan para tukang ojek itu, kini terangkat, setelah jadi mitra Go-Jek. Tak itu saja, meski tak langsung, bisnis ojek juga menjadi penyumbang pajak ke negara.
Namun, keberhasilan Go-Jek merekrut tukang ojek tidaklah mudah. Bahkan, Nadiem Makarim, pendiri dan CEO Go-Jek mengaku harus turun langsung ke jalanan Ibu Kota. Dia merayu langsung para tukang ojek, agar mau jadi mitra Go-Jek.
"Awal untuk merekrutnya, kita langsung turun ke jalan. Jika ada supir ojek yang bersedia jadi driver Go-Jek, baru akan menjalani proses seleksi," kata Nadiem di Jakarta, Rabu 8 April 2015.
Kata Nadien, semua tukang ojek yang jadi mitra Go-Jek telah melalui serangkaian tes ketat. Bahkan, latar belakang tukang ojek pun jelas.
Seleksi itu bertujuan, agar para supir ojek bisa bekerja dengan profesional. Menurut Nadiem, Go-Jek memang mengandalkan sistem keefisianan waktu. Namun, perusahaannya lebih menekankan nilai speed, innovation, dan social impact.
"Syarat-syarat untuk memenuhi itu, driver harus lulus personality test, lalu nanti ada interview face to face. Lalu, seperti adanya jaminan, kemudian kita cek surat-surat domisili, dan beberapa background driver juga kita cek," katanya.
Namun, semudah itukah merayu mereka? Nadiem menggelengkan kepala. Merayu tukang ojek untuk jadi mitra bisnis, boleh dibilang gampang-gampang susah. Sebab, para tukang ojek yang terkenal "independen" itu nantinya harus beroperasi sesuai standar perusahaan.
Jelas, hal itu menjadi tantangan tersendiri bagi Nadiem. Dia dituntut tidak boleh serampangan dalam merekrut tukang ojek. Di sisi lain, dia juga membutuhkan jasa mereka.
Aneka iming-iming pun ditawarkan Nadiem. Tujuannya, agar para tukang ojek mau menjalani berbagai serangkaian tes, sesuai kebutuhan perusahaan.
Yang paling mudah, iming-iming uang. Para tukang ojek itu dijanjikan dapat banyak keuntungan jika berafiliasi dengan Go-Jek.
"Dalam merekrut, kita sistemnya mitra bisnis. Jadi, driver (supir ojek) bisa menentukan penghasilannya sendiri. Itu dilihat dari seberapa rajinnyadriver dalam bekerja," ujar Nadiem.
Menurut Nadiem, jika driver ingin dapat penghasilan yang besar, bisa dilihat dari beberapa pelanggan yang melakukan order kepada driver Go-Jek tersebut.
"Jadi, tergantung mereka mengambil berapa order per harinya. Yang paling jago dan rajin, bisa mengambil 5-6 order dalam sehari," kata mantan Direktur Pengelola di Zalora itu.
Jumlah order harian yang didapat tukang ojek, menjadi tolok ukur besar-kecilnya penghasilan mereka. "Dari order itu, driver satu bulannya bisa mendapatkan Rp4-5 juta. Tapi itu masih variatif, ada yang cuma bisa 3-4 order sehari. Jadi, tergantung pintar-pintar driver saja," katanya.
Tukang ojek mitra Go-Jek juga tidak dilarang menerima tips dari penumpang. Rejeki tambahan itu jelas menjadi tambahan pundi-pundi para tukang ojek.
"Customer kasih uang tips lebih juga tidak apa-apa. Itu semua untuk driver, karena kepercayaan (konsumen)," katanya.
Para tukang ojek mitra Go-Jek juga diberikan beberapa fasilitas pendukung. Selain helm dan jaket, tukang ojek mitra juga diberikan fasilitas telepon pintar (smartphone), dengan sistem cicilan.
"Fasilitas HP itu kita berikan, lalu dicicil dan nantinya HP tersebut menjadi milik sepenuhnyadriver. Dan, ini juga sebagai strategi kita untuk memberikan layanan full service kepada konsumen," katanya.
Aneka strategi tersebut, nyatanya berhasil mendongkrak kinerja Go-Jek. Dari awalnya hanya sebagai penyedia jasa transportasi, kini Go-Jek merambah sektor kurir, dan bahkan pesan antar (delivery) makanan-minuman melalui fitur Go-Food.
Saat ini, Go-Jek telah mengantongi sedikitnya lima ribu menu dari berbagai restoran yang menjadi mitranya. Operasional Go-Jek juga sudah melebar ke luar Jakarta. Kota-kota besar seperti Surabaya, Bali, dan Bandung sudah dijamah Go-Jek.
Bagaimana dengan putaran uangnya? Sayang, Nadiem masih enggan blak-blakan. "Yang pasti, kita menjadikan bisnis ojek jadi bayar pajak, karena perusahaan kita bayar pajak," ujar dia.
Saat ini, aplikasi pemesanan Go-Jek telah terunduh sebanyak 150 ribu. Ke depan, Nadiem akan membidik beberapa kota besar lain di Indonesia.
"Kita ingin keberadaan Go-Jek bisa memberikan social impact bagi para armada dan pengguna, karena kita ingin Go-Jek dapat menjadi yang terdepan dalam memberikan layanan transportasi dan kurir," ujar Nadiem. (asp)
Sumber : bisnis.news.viva.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar